Bermakna di Lautan Social Media

* Home
* About Us
* Nukman Luthfie
* Contact Us

home
Sudut Pandang
Life Style, Tips Bisnis
Bermakna di Lautan Social Media

Posted on June 1, 2011
commentsComment: 2 Comments

3Share

Salah satu sisi positif social media seperti blog, Facebook, dan Twitter adalah menguatnya fenomena jurnalisme warga (citizen jurnalism). Di pertengahan tahun 2.000-an, blog melahirkan lebih dari sejuta blogger Indonesia, yang begitu aktif menulis apapun di blog masing-masing dan rajin memberi komentar di blog teman-temannya. Tiba-tiba, jurnalisme warga, yang sebenarnya bukan barang baru di radio, menguat di dunia maya. Dan, tanpa bisa ditahan, kian meledak dengan semakin popolarnya Facebook dan Twitter. Tutup tahun 2010, mengguna Facebook di Indonesia tembus angka 32 juta dan Twitter sekitar 10 juta pengguna.

Pertanyaannya, bagaimana kita menjadi bermakna di lautan jutaan pengguna blog, Twitter dan Facebook? Bagaimana kita tidak sekadar menjadi blogger, pengguna Facebook, Twitter dan media sosial lain dan tenggelam di balik hiruk pikuk warganya? Bagaimana kita bisa memberikan kontribusi positif, membrandingkan diri menjadi jurnalis warga yang dikenal dan diakui di bidangnya, lalu mendapat benefit yang layak?

Tangga Teknografi Sosial

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, lebih baik kita fahami dulu tentang Tangga Teknografi Sosial yang diperkenalkan Forester Reaseach.

Di tangga teratas, ada golongan yang disebut sebagai Creator. Ciri utamanya adalah: memiliki blog atau website pribadi yang rajin diperbarui serta membuat dan mengupload audio atau video karyanya ke website (bisa YouTube misalnya). Khusus untuk Indonesia, mengingat beratnya mengupload video dan audio, ciri ini bisa disederhanakan menjadi: memiliki blog dan rajin memperbaruinya.

Blogger memang tepat digolongkan sebagai pekarya. Mereka berkarya membuat tulisan, apapun kategorinya, ekonomi, bisnis, musik, hiburan, cerita. Apapun juga bentuknya, bisa dalam bentuk teks, gambar, audio maupun video. Di Indonesia, sudah ada beberapa yang berkarya dan menyebarkannya dalam bentuk audio di Internet seperti Indonesia Bercerita (indonesiabercerita.org).

Di anak tangga kedua ada Conversationalist. Mereka adalah para pengguna Facebook dan Twitter yang rajin menulis status. Meraka tidak memiliki blog. Tapi mereka rajin menulis, meski hanya 140 karakter di Twitter, atau 300 karakter di Facebook, atau di media sosial lain seperti Linked-In atau bahkan Friendsters. Meski bukan creators, mereka cerewet. Apapun mereka tulis di status, mulai dari barang yang mereka konsumsi, diri sendiri, hingga urusan kantor, tak luput dari update di media sosial.

Menariknya, 140 karakter, jika ditulis rutin, membawa pengaruh cukup besar. Sebuah tulis di blog, dengan seribu karakter lebih, memang memiliki pengaruh besar terhadap pembacanya. Namun 140 karakter di Twitter dan Facebook juga punya pengaruh, jika diulang-ulang atau disebarkan oleh pengguna lainnya sehingga membentu viral.

Di bawah kedua tangga di atas, masih ada anak tangga lain, yang disebut sebagai Critics (tak punya blog, tidak mengupdate status di Twitter/Facebook, namun mengomentari blog/tulisan orang lain), Collectors (menggunakan RSS, memanfaatkan tag), Joiners (sekadar bergabung ke jejaring sosial), Spectators (membaca informasi di berbagai jejaring sosial tapi tak punya akun), dan Inactive (tak melakukan apaun).

Namun, hanya dua segmen teratas, yakni Creator dan Conversationalist, yang berperan besar dalam mempengaruhi publik/konsumen pada umumnya mengambil keputusan. Oleh karena itu, jika ingin membangun citra diri dan bermakna di media sosial, syarat utamanya adalah anda harus berada di tangga teratas, yakni memiliki blog/website sendiri, yang rajin diperbarui. Lalu gunakan Facebook dan Twitter sebagai media untuk penyebarannya, sekaligus menjalin komunikasi cepat. Tepatnya, menjadi creator sekaligus conversationalist!

Blog Seperti Apa?

Akhir tahun 2010, tercatat lebih dari dua juta blog yang ditulis pengguna Indonesia, baik itu dibangun di penyedia jasa blog gratis global seperti WordPress.com dan Blogger.com, lokal seperti BlogDetik.com, Kompasiana.com dan Dagdigdug.com, maupun yang dibangun dengan nama domain sendiri. Tidak semuanya populer tentu saja. Lalu, blog seperti apa yang dapat punya potensi populer, mendapat trafik tinggi dan menghasilkan?

Pertama: Fokus pada bidang tertentu.

Buatlah blog sesuai dengan minat. Apa saja. Mulai dari teknologi, komunikasi, hiburan, jalan-jalan, kebudayaan, pemasaran, manajemen makro, manajemen sumber daya manusia, game, dan lainnya. Apapun. Yang penting, fokus yang berdasarkan minat. Karena minatlah sumber utama energi untuk menulis.

Saya menemukan beberapa blogger yang berbasis minat ini sukses meraih nama dan keuntungan lain. Misalnya Trinity, yang saat ini dikenal luas sebagai penulis buku ternama pariwisata Indonesia, yang terus berbagi via blognya di www.naked-traveller.com. Namanya terus berkibar dan pengaruhnya diakui oleh berbagai kalangan, termasuk Departemen Pariwisata, berkat blog dan bukunya.

Contoh lain, Yodhia Antariksa, yang tekun menulis blog mengenai strategi majemen di www.strategimanajemen.net. Tulisannya sangat renyah dan mudah dicerna, tapi isinya berbobot. Melalui blognya itu, namanya kian tenar di kalangan manajer, terutama Human Resource, dan rerzekinya terus mengalir dari sini. Ia pun kemudian melahirkan bisnis online menjual materi presentasi manajemen….dan laku!

Hanifa Ambadar, yang semula iseng membuat blog mengenai fashion di www.fashionesedaily.com kini naik pangkat menjadi pengusaha karena blognya menjadi blog komersial yang disukai banyak perempuan di Indonesia.

Saya bisa sebutkan beberapa contoh lain seperti Roni Yuzirman yang ngeblog mengenai kewirausahaan di blog pribadinya, Roniyuzirman.com, Ollie Salsabeela – seorang penulis chicklit yang beberapa bukunya best-seller – memiliki blog Salsabeela.com dan lainnya.

Saya sendiri rajin menulis blog mengenai digital marketing di Virtual Consulting Blog yang kini menjadi referensi bagi banyak perusahaan untuk memahami online marketing, digital marketing, social media marketing dan sejenisnya.

Kedua, rajin mengupdate blog.

Kelihatannya sepele: rajin memperbarui blog. Namun tak banyak yang berhasil di sini. Apalagi di era sekarang, era social media yang sedang didominasi Twitter dan Facebook, di mana penggunanya lebih suka update status daripada update blog. Itu sebabnya, dari juta blog yang dibuat orang Indonesia, hanya segelintir yang punya nama dan pengaruh.

Untuk memaksa diri rajin menulis, Yodhia Antariksa mengumumkan jadwal khusus update blognya secara terbuka: setiap hari Kamis hadir tulisan baru di Strategi-manajemen.net. Pengusaha pakaian jadi Roni Yuzirman mengupdate blognya sepekan sekali. Sedangkan Hanifa, jangan tanya lagi soal seringnya update blog FashioneseDaily.com karena sudah menjadi portal perempuan top di negeri ini.

Dari pantauan saya terhadap blog-blog yang sukses, mereka meng-update minimal sepekan sekali untuk menjaga minat kunjungan pembacanya.

Ketiga, padukan dengan Facebook dan Twitter

Dulu, andalan penyebaran informasi blog adalah RSS, tautan ke blog lain, dan template aplikasi blog yang memang Google Friendly. Namun, sekarang, di era Twitter dan Facebook, semua itu tidak cukup. Blog masa kini harus diintegrasikan dengan kedua jejaring sosial agar semaksimal mungkin tersebar.

Yang paling sederhana, tambahkan menu Retweet (untuk Twitter) dan Share (untuk Facebook) di setiap posting blog baru. Dengan kedua menu tadi, pengguna Twitter dan Facebook yang jumlahnya puluhan juta itu dengan mudah menyebarkan posting blog yang ia baca. Fakta menunjukkan, blog yang dilengkapi dengan kedua menu ini menunjukkan bahwa Twitter dan Facebook menjadi referensi terbesar trafik blog setelah search engine.

Facebook ini memberi fasilitas baru berupa status “like” yang bisa ditambahkan di blog, untuk setiap postingan. Berbeda dengan “share”, maka “like” menunjukkan bahwa pengguna Facebook itu menyukai tulisan itu, yang akan terbaca oleh teman-temannya di Facebook. Dalam user behavior, status “like” ini lebih tinggi ketimbang “share”

Namun, untuk membangun brand, blogger wajib memiliki Fanpage untuk blognya di Facebook. Buatlah fanpage sesuai dengan nama blognya. Gilamotor.com misalnya, blog penggila motor yang dikelola secara profesional oleh jurnalis warga, memiliki fanpage di Facebook dengan alamat www.facebook.com/gilamotor yang bisa menggaet hampir 200 ribu fans pada akhir tahun 2010 dalam tempo satu tahun.

Kecuali memiliki fanpage di Facebook, blog wajib dilengkapi dengan akun Twitter yang sama dengan blognya. Gilamotor.com misalnya, memiliki akun Twitter @gilamotor.

Keduanya, baik Facebook Fanpage maupun akun Twitter, harus dikelola serius. Tanpa pengelolaan yang serius, kedua akun tadi hanya akan menjadi akun mati dan tidak memberi kontribusi apapun kepada blog. Bahkan, bisa jadi malah merugikan.

Sama seperti blog, kunci keberhasilan akun Facebook dan Twitter adalah percakapan. “Marketing is conversations”. Blog yang hidup akan terlihat dari komentar-komentar di postingannya. Facebook dan Twitter yang hidup akan terlihat dari percakapannya di dua jejaring sosial tersebut.

Sebagai creator, nara blog yang serius akan mengupdate blognya sepekan sekali. Namun, untuk menjadi conversationalist di Twitter dan Facebook, update status sekali sehari saja, serta menjawab pertanyaan follower dan fans, bahkan belum cukup.

Berpikir Jangka Panjang

Saya banyak bertemu dengan creator dan conversationalist yang inginnya instan, langsung berhasil. Langsung memiliki blog yang hebat, follower yang banyak di Twitter, fans yang berjibun di Facebook.

Tidak ada yang instan di membangun citra diri. Semuanya membutuhkan proses, bukti, ketekunan, konsistensi, persistensi. Blog biasanya baru terlihat bagus setelah setahun. Selama setahun itu harus ditunjukkan konsisteni mengupdate blog, menulis yang menarik, kemampuan membagi info dan menjalin komunikasi dengan audiencenya. Pada saat yang sama, untuk menumbuhkan Fans di Facebook dan follower di Twitter pun butuh kerja ekstra.

Maka, membangun citra diri sebagai jurnalis warga, bukan hanya wajib memiliki blog dan mengintegrasikannya dengan Twitter dan Facebook, tetapi juga harus memiliki visi jangka panjang.

Tanpa visi jangka panjang, pekerjaan ini akan cepat melelahkan.

Namun, jika kita berpikir jangka panjang, hasilnya akan manis, seperti beberapa contoh yang saya uraikan di atas.

catatan: tulisan ini dibuat untuk buku Linimas(s)a karya ICTWatch. Ada banyak artikel lain di buku itu, yang antara lain ditulis oleh Ono W Purbo, dapat diunduh gratis di KalamKata.
Bookmark and Share
2 Responses to “Bermakna di Lautan Social Media”

1.
bukik Says:
June 1st, 2011 at 2:42 am

Pak, aku kok gak yakin persentase pada tiap jenjang teknografi sosial itu. Terutama pada level creator. 24% itu angka yang terlalu optimis.
Masih butuh banyak usaha agar mencapai angka tersebut, agar semakin banyak pekarya di negeri ini
2.
Nukman Luthfie Says:
June 1st, 2011 at 2:56 am

@Bukik: ada catatan kecil di bawah gambar tangga: base: US online adults

Leave a Reply

Name (required)

Mail (will not be published) (required)

Website


Follow
Twitter FB Email RSS

Search
Search for:

Recent Comments

Nukman Luthfie:

@Bukik: ada catatan kecil di bawah gambar tangga: base: US online adults

bukik:

Pak, aku kok gak yakin persentase pada tiap jenjang teknografi sosial itu. Terutama pada level creator. 24%...

Udex:

sebenarmya hidup ini banyak pilihan ya..

mbah jiwo:

Pasti oke banget, Bang Nukman gitu lo…

John O Width:

Tepat sekali Pak Nukman, memang saat ini sulit menyembunyikan ID di inet, termasuk juga dari status...
Recent Posts

Bermakna di Lautan Social Media

Dengan Jejak Digital, Lebih Mudah Memahami Calon Pasangan Hidup

Internet, Twitter, Demokrasi dan Revolusi

Tips Pemasaran via Facebook dan Twitter

Be A Listener: Tipe Kepemimpinan Bisnis di Era Media Sosial

Menjadi Wirausaha, Siapa Takut?

Social Media: antara Sosial dan Nirsosial

Jejaring Sosial dan Kearifan Online

Selamat Datang Fannan Nayotama

Pengemis Profesional itu Kaya

Portal :

* PortalHR.Com
* Swa.co.id
* Tangandiatas.Com
* Juale.Com

Copyright © sudutpandang.com v2. 2008 - Powered by Virtual Consulting

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2 Rahasia Besar Dibalik Sukses Bisnis Online

5 Buku Strategi Terbaik Sepanjang Masa